Pengalaman Liburan ke Yogyakarta dari Surabaya Seru

Pengalaman Liburan ke Yogyakarta dari Surabaya Seru

Pada akhirnya saya mempunyai mood juga untuk menulis pengalaman mbolang pertama di th. 2014 itu..
Sesungguhnya perjalanan itu telah mulai sejak akhir mei tempo hari sich, waktu berlibur panjang (29 Mei -1 juni 2014). Namun baru ditulis saat ini, tidak apa2 masih tetap tidak terlampau basi kok ceritanya, kan belumlah ada sebulan hehehe..
Waktu pertengahan april satu diantara rekan saya woro-woro lewat group facebook angkatan buat ngajak ke jogja dengan menggunakan jasa sewa bus pariwisata Surabaya yang paling bagus dari Go Happy Holiday. Saya yang memang seseorang pengangguran berduit tak menyiakan kesempatan kali ini, serta segera menghubungi dia. Special thanks to Iko yang telah berinisiatif ngadakan perjalanan itu, serta ingin direpoti dengan beli ticket kereta PP Surabaya-Jogja.

Awalannya kami punya niat untuk meninap full di kos rekan yang tengah lanjut S2 di UGM. Namun sesudah dipikir-pikirnya tidak enak juga takut banyak merepotkan. Pada akhirnya kami bertiga (saya, Iko, serta Hernita) mengulas segera dengan, ngumpul di toko saya satelah mereka pulang kerja, 2 minggu saat sebelum hari H. Lantaran sampai kini kami cuma berkomunikasi lewat BBM serta WA.

Kami mengambil keputusan untuk terus menyewa penginapan dengan pertimbangan agar deket dari stasiun Tugu bila ingin balik ke Surabaya. Mulai membagi pekerjaan, saya kebagian untuk mencari penginapan, dengan rujukan hotel CERIA dari rekan saya yang habis honeymoon di Jogja. Keesokannya saya mulai mohon pertolongan google untuk mencari penginapan murah, satu diantaranya membaca rujukan dari kaskus berdasar pada pengalaman beberapa kaskuser. Terdapat banyak hotel yang saya incar daerah Sosrowidjan (populer dengan adanya banyak penginapan murah dan meriah). serta minta Indah (rekan yang di Jogja) untuk mengecheck keadaan hotel itu. Selain itu saya juga menelpon satu-persatu hotel yang masuk di kantong kami, nyatanya rata-rata pada full. Saya baru sadar bila kita berlibur sewaktu peak season, automatis banyak penginapan yang penuh. Pada akhirnya saya menyerah serta mohon pertolongan si Indah untuk mencarikan penginapan buat kami. Tidak lupa saya mohon pendapat indah perihal hotel CERIA, yang nyatanya cukup jauh dari stasiun, walau sebenarnya saat itu cuma hotel CERIA yang ready kamar kosong plus bisa sarapan juga. L

Siangnya Indah segera mengecheck hotel-hotel yang jadi incaran saya, serta beruntungnya masih tetap ada 1 kamar kosong di Indonesia Hotel. Walau sebenarnya pada awal mulanya saya telephone tuturnya telah penuh loh.. Info dari Indah, Indonesia hotel itu tak terima booking melalui telephone serta mesti DP untuk sinyal jadi serta tidak dapat di transfer. Sebatas tips saja baiknya untuk kamu yang cari penginapan murah di sosrowidjan mohon pertolongan rekan atau sodara yang tinggal di Jogja. Soalnya rata-rata banyak penginapan di sana tidak terima booking melalui telephone. Atau bila tidak mempunyai kenalan, silakan kunjungi link kaskus INI untuk mohon pertolongan satu diantara agan kaskuser yang tinggal di Jogja. Permasalahan fee layanan dapat segera bertanya orangnya.

Permasalahan ticket serta penginapan beres, namun permasalahan uang saku itu yang buat saya lumayan puyeng. Jadi seseorang pengangguran berhasil (wiraswasta), pendapatan saya senantiasa naik turun. Serta kebetulan turunnya sewaktu mendekati berlibur. Pernah terpikir untuk cancel namun sayang banget telah beli ticket : ’ (. Eh… 2 hari saat sebelum pergi mendadak ada transferan yang teramat sangatlah cukup untuk berlibur dari customer yang mohon dibelikan barang dari luar negeri. Yang namanya rejeki memang datang tidak diduga-sangka : D Saya juga memakai uang customer saya dahulu. Namun tenang, saya telah orderkan barang pesanan dia kok : D (mudah-mudahan customer saya tak membaca tulisan itu hehehe..)

Sadar bila uang berlibur yaitu hasil dari hutang, jadi saya mempersiapkan amunisi yang agak banyak di Jogja. Aslinya saya itu type praktis bin sederhana bila jalan2, namun dikarenakan itu saya mesti membawa tas ransel serta tas jinjing yang isi dari tas jinjing itu beberapa besar yaitu bahan logistic, air mineral 2 botol besar (1500ml), bermacam camilan, kering tempe (request ke ibu saya). Serta ini semuanya dengan cara gratis lantaran saya membajak dari toko orangtua saya : D (lumayan menghematlah lantaran sepanjang di jogja saya tidak beli makanan ringan n minuman blas). Waktu narasi bila isi tas jinjing itu bahan logistic sepanjang di Jogja ke-2 rekan saya keheranan. Mudah-mudahan anda tahu penderitaan itu rekan (Inoko, Hernita, Indah) sesudah membaca tulisan itu, argumen mengapa merepotkan diri membawa tas jinjing ini : D

Berlibur di Jogja itu saya temukan tiga fenomena “ternyata dunia itu sempit sekali”. Peristiwa pertama di stasiun saya ketemu adik angkatan yang sepertinya juga ingin berlibur ke Jogja bareng ortunya. Peristiwa setelah itu, waktu antri naik ke gerbong kereta saya simak rekan angkatan beda jurusan (dia anak politik 08 serta lumayan lebay menurut saya, lantaran saya sempat sekelas dengan dia). Kami bertiga berupaya hindari anak ini serta mudah-mudahan tak satu gerbong, eh tidak diduga nyatanya dia serta beberapa rekannya, duduk cocok dimuka bangku kita : D serta ada satu peristiwa sekali lagi yang bakal saya katakan diakhir tulisan itu.

6 jam berlalu (kereta datang telat lantaran pernah berhenti lama), keluar dari stasiun arah malioboro, kami diterima dengan cuaca Jogja yang panas menyengat puffhh #nyekakeringat. Selekasnya kami mencari taksi serta mohon diantar ke daerah deresan 1, biaya taksi habis 27ribu (semestinya hanya 23ribu dari harga agro, namun si sopir taksi mohon nambah 5rb). Nyampek di kos selekasnya kami sholat dzuhur, serta segera meluncur makan siang sekalian melepas capek di Café Cinnamon dekat kos nya Indah. Tempatnya lumayan asik, kebetulan kami bisa tempat di bagian dalam yang serupa seperti kamar. Sepertinya dahulu tempat itu sisa tempat tinggal yang disulap jadi café.

Sore kami ambil sepeda motor dari tempat persewaan jadi kendaraan berjalan-jalan kami sepanjang di Jogja. Cost penyewaan sepeda 50ribu/hari. Serta 2 helm 5rb. Kami cuma menyewa satu sepeda saja, lantaran satunya utang dari rekan kami yang lainnya namanya Ovarin. Dia dahulu rekan satu angakatan saya juga. Jadi rekan saya yang lanjut S2 itu ada si Indah serta Ovarin. Namun sayangnya ovarin tidak dapat nemeni kita jalan2 lantaran HP barunya error serta mesti dibawa ke Service Center, jadi sangat terpaksa dia pulkam ke Sidoarjo serta sediakan sepeda motornya untuk dipinjem. Sedih juga sich lantaran tidak ramai sekali lagi walau sebenarnya gagasan kita ingin buat jadi dia tur guide kami, namun hikmahnya kita tidak usah nyewa 2 sepeda motor jadi irit deh.. Thank You ovarine #hugandkiss.

Malamnya kami makan ayam geprak, terdengar asing di telinga, namun pantas di cobalah. Kami berempat pergi bareng Arin (rekan kuliahnya Indah). Baru tahu maksud ayam geprak itu nyatanya ayam goreng tepung, ambillah lombok yang disiapkan baru deh dikasihkan ke penjual untuk mengulek jumlahnya Lombok serta sembari geprak ayamnya. Plus ada kuah kuning yang ciri khas (tidak tahu apa namanya) serta nasi bisa ambillah sendiri (pas yang jumlah makannya banyak)

Berhubung saya terasa sedikit masuk angin serta tidak nafsu makan, saya mohon dibungkus saja untuk dibawa pulang, makan di kos. Saya cuma pesan teh hangat. Serta mencicipi kuah kuning mempunyai rekan saya, serta rasany huek (ingin muntah) lantaran terlampau manis. Memang bukanlah makanan Jogja bila tidak manis. Serta kuah ini tidak disentuh oleh Inoko serta Hernita. Selalu, rekan saya kepedesan walau sebenarnya ambillah Lombok tidak sejumlah Arin. Mungkin saja lantaran ada penambahan bekas ulekan Lombok pada awal mulanya, apes banget tuch yang bisa sisa ulekannya Arin. Bila tidak salah dia ngambil 10 lombok : D hehehe..

Kenyang, kami segera meluncur ke Taman Lampion tanpa ada Arin, lantaran dia ingin lanjut ngerjain Thesis. Perjalanan ke sana, cukup lancar tidak macet blas, itu yang buat saya cinta dengan Jogja. Walau sebenarnya bila di Surabaya, waktu ini termasuk juga jam repot lantaran beberapa orang pulang kerja. Sepintas Taman Lampion itu serupa BNS di Malang. Ticket masuk terkena 15ribu waktu hari libur serta weekend (jum’at, sabtu, serta ahad). Hari umum 10ribu. Bermacam lampu hias di sini cantik-cantik, jadi ingin narsis.

Lelah muter2 serta bernarsis ria, kami duduk di tangga depan museum. Mendadak lampu mati, untung saja ada di sekitar kami ada penerangan dari lampu hias di skuter serta becak mini. Tidak dapat bayangin beberapa orang yang sekali lagi di masuk di wahana tempat tinggal hantu waktu lampu mati #scream. Habis ini, pulang ke kos, sholat isya, makan (spesial saya), selalu sharing perihal women secret pada kami hingga larut malam : D umumnya saya yang narasi aslinya #halah

DAY 2 (Jum’at, 30 Mei 2014)
Alhamdulillah tidak telat subuhan, walaupun malamnya kami bergadang. Selalu leyeh-leyeh antri buat mandi, habis ini cus kami cari sarapan jam 1/2 9 (sarapan jenis apa itu?). Untung depan kos nya Indah ada warung makan, jadi kita tidak ribet pergi jauh cari makan. Berhubung makanan jogja ini manis, jadi ingin tidak mau saya mesti mencicipi sedikit kuah yg ada. Ambillah nasi sendiri jadi orang pertama, rasa-rasanya ini aneh sendiri, waktu rekan-rekan jadi ambillah nasi dikit banget. Separuh jumlah saya. WHAT??? Walau sebenarnya saya ngerasa jumlah saya itu tidak banyak. Hingga saya dilihatin sama mas-mas gitu, asli buat malu : D. Nasi seporsi (sayur+lauk), krupuk serta teh hangat hanya habis 6500. Murah gilaa, tidak salah beberapa orang berlibur ke jogja lantaran selain banyak obyek wisata makanannya murah dan meriah.

Hari itu kami merencanakan ke Taman Sari, Keraton, selalu lanjut ke Pantai Parang Tritis. Pada awal mulanya kami singgah dahulu ke universitas UGM, lantaran Indah ingin ngumpulin pekerjaan kuliahnya. Indah jadi tur guide kami, agak sedikit kebingungan tempat Taman Sari, lantaran telah lama tidak ke tempat itu. Tanya-tanya orang, pada akhirnya hingga juga di Taman sari dengan membayar ticket masuk 5ribu. Histori perihal Taman Sari itu dapat dipandang di sini.

Senang muter-muter di Taman Sari, kita ingin cari masjid bawah tanah, tidak tahunya jadi keblasan hingga ke pintu keluar. Semestinya kita belok kiri waktu ada pertigaan nanjak keatas. Pada akhirnya kami balik sekali lagi walaupun aslinya saya lelah banget. Namun rasa lelah saya terbayar dengan kekhasan sisa masjid bawah tanah ini.

Habis dari taman sari kami segera pergi ke keraton, hingga di parkiran, jadi diberi tahu juru parkir bila keraton ingin tutup. Pada akhirnya kami setuju untuk makan di House of Raminten. Sekalian saya mau menunjukkan kebenaran hasil googling semalam. Ceritanya semalam habis dari Taman Lampion, Inoko serta Hernita ingin cari softdrink serta diantarlah ke Mirota Market (berbelanja di sini kata Indah lebih murah dr si alfa atau si domar). Bikin saya penasaran perihal si Mirota itu.
“Ndah, kamu paham.kamu mengerti yang mempunyai Mirota itu siapa? ”
“Yang Mempunyai Mirota ini benc*ng fit”
What??? Saya baru tahu informasi itu, tidak segera yakin, saya segera googling waktu ini juga. Serta mendaratlah di satu diantara thread di Kaskus yang ulas hal semacam ini. Oh.. Thanks to Kaskuser yang seperti detektif dadakan : D Bagusnya walaupun si yang memiliki ini benc*ng, dia mempunyai banyak usaha, dari mulai mirota batik, mirota minimarket, mirota universitas (minimarket daerah UGM), Mirota Bakery, serta Tempat tinggal Makan Raminten. Nama mirota sendiri konon di ambil dari usaha orangtua Hamzah (nama asli yang memiliki Mirota) yang jualan MInuman ROti TAwar. Ada informasi yang buat saya lebih buat kaget, banyak kaskusker yang katakan rata-rata pekerja di Mirota yang lelaki ini seseorang G. Oleh karena itu saya penasaran banget ingin makan di Raminten, untuk sebatas membutikan omongan mereka. Hehehehe…

Hingga di House of Raminten, kami tidak dapat segera duduk, mesti antri dahulu. Loh segini terkenalnya itu tempat tinggal makan? Pada akhirnya kami mengambil keputusan untuk sholat dzuhur dahulu, bertanya ke mbak resepsionis, bila mushola di lantai 3. Alamak, begitu terperanjatnya saya, miris simak musholanya, penerangan yang tidak oke, selalu deket ruangan ubah karyawan lelaki. Bener2 mesti kuat iman, waktu si mas-mas ganteng ini mesti dandan necis untuk bekerja ubah shift. Terlebih bau minyak wangi mereka yang cowok banget (walaupun sedikit diragukan kejantanan mereka hehehe).

Habis sholat, Alhamdulillah dua rekan saya yang duluan usai sholat telah bisa tempat duduk. Waktu menanti pesanan, saya mencermati semuanya pegawai mereka, serta hati kecil saya katakan nyaris 90% pegawai di sana bila G. Mungkin saja lantaran perasaan wanita kali ya, jadi saya dapat rasakan ini, bahkan juga saya mempunyai sebagian rekan di facebook yang G walaupun tidak sempat sempat ketemu, tampak dari langkah dia berpose, dan mata serta bibirnya, Rasa-rasanya tidak ikhlas klo mereka ini beneran G. Jadinya kan stock cowok keceh didunia mulai menipis, walau sebenarnya saya masih tetap single #nangis darah. Selalu, mengapa juga ini mbak2 pramusaji pakai kemben terbuka, mengapa tidak pakai pakaian kebaya saja? Kata satu diantara rekan saya, tidak enak banget dipandang, mending jika mbaknya bodinya bagus, lah itu si kemben seperti kedodoran di badannyanya. Apa buat menarik si mas pramusaji yang G agar back to the right path? Who knows? Hehehe… Seputar 15 menit, semuanya pesanan kami terhidang di meja, tidak lupa kebiasan buat incip-incip pesanan semasing hehehe.. Serta saya sendiri pesan Cap Cay. Because i love it so much.

Kenyang, serta senang bercakap di sana, kami segera bersiap ke Parangtritis. Mendekati pantai angin mulai berhempus dengan kencang, sedikit takut aslinya, memikirkan bila mendadak sepeda yang kami kendarai jatuh lantaran angin. Waktu saya narasi itu ke rekan2 mereka jadi ketawa serta mengatai saya terlampau parno : D
Numpang sholat Ashar di satu diantara tempat basuh air di sana, serta cus kita segera menuju ke pantai Parangtritis. Finally, I can revisit after ten years. Misal saya bawa pakaian ubah komplit, tentu saya telah basah-basahan di sana, namun sayang saya cuma bawa ubah celana, jadi hanya dapat kecek-kecek saja #cry.

Senang basah-basahan main air kami segera basuh celana serta pulang. Selalu singgah sholat magrib di masjid pantai Depok Yang populer bakal sajian seafood. Sayang tidak terlihat pantainya soalnya kondisi seputar telah gelap. Kelaparan kami singgah ke satu diantara bakso di tepi jalan. Serta saya membaca motto depot bakso yang cukup menggelitik, dengan cara garis besar serta seingat saya seperti gini
Janganlah pesan bakso kami bila anda tak dapat menghabiskannya, karenanya mubadzir serta rekannya setan.
Janganlah berikan rekan anda, bila tak senang dengan bakso kami. Berikan kami jadi perbaikan dimasa depan.
Janganlah berikan kami, bila senang dengan bakso kami. Berikan rekan anda. Lantaran bisa perpanjang keberlangsungan hidup kami yang pengangguran.

Usai makan bakso, sialnya kami terjerat macet di pusat kota. Tak tahu ada acara apa, pokoknya beberapa orang naik sepeda dari mulai anak-anak, tua, muda, bahkan juga bule. Kelihatannya mereka bakal berkumpul menuju ke satu tempat. Jarak dari pusat kota ke kosnya indah yang bisa ditempuh dalam 30 menit jadi 1 jam. Nyampek kos, semuanya rekan pada mandi, saya yang aslinya males mandi malam, jadi ikut-ikutan mandi, sholat isya selalu inginnya segera tidur soalnya besok pagi-pagi kami mesti ke Gunung Merapi agar tidak panas. Namun yang berlangsung kami jadi curhat2an kembali. Nyatanya kami memanglah makhluk Tuchan yang terseksi yang paling doyang bercakap. #halah

Lanjutan ceritanya dapat baca di sini. Lelah juga menulis sejumlah itu nyatanya. Hehehe...



Posted by Neng Devi, Published at 08.29 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar